Ahlan Wa Sahlan di Blog Kelompok Kerja Penyuluh (POKJALUH) Kankemenag Kab. Pekalongan

Rabu, 01 Oktober 2014

KHUTBAH IDUL ADHA 1435 H.

                MENELADANI NABI IBRAHIM DALAM MEMBENTUK ANAK SHOLEH




اللهُ أكْبَرُ × 9  اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
ألْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَلَهُ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْهِ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَهُ وَنَخْشَى عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَهُ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ. أَشْهَدُ ألاَّ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهم صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سيدنا محمد وَعَلىَ آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.
أما بعد، أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ  

Hadirin sidang sholat Idul Adha yang dimuliakan Allah
Marilah, kita senantiasa meningkatkan Taqwa kita kepada Allah Swt. Taqwa dengan sebenar-benar taqwa, yakni marilah, kita senantiasa menjalankan segala perintah Allah Swt. serta menjauhi segala larangan-Nya.

Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahilhmad
Kaum muslimin yang berbahagia!
Hari Raya Idul Adha adalah kisah tentang sebuah keluarga mulia yang diabadikan oleh Allah Azza wa Jalla untuk peradaban manusia. Itulah kisah keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Melalui kisah keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihissalam itu, Allah Ta’ala ingin menunjukkan kepada kita betapa pentingnya posisi keluarga dalam membangun sebuah peradaban yang besar. Sebuah masyarakat yang bahagia dan sejahtera, tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat.
Sebuah masyarakat tidak akan bisa menjadi bahagia dan sejahtera jika masyarakat itu gagal dalam membangun keluarga-keluarga kecil yang ada di dalamnya.
Dan jika kita berbicara tentang keluarga, maka itu artinya kita juga akan berbicara tentang salah satu unsur terpenting keluarga yang bernama: Anak. Dalam kisah keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, sang anak itu “diperankan” oleh sosok Nabi Isma’il ‘alaihissalam.
Inilah sosok anak teladan sepanjang zaman yang kemudian diangkat menjadi seorang nabi oleh Allah Azza wa Jalla. Bahkan yang luar biasanya adalah melalui keturunan Isma’il ‘alaihissalam inilah kemudian lahir sosok nabi dan rasul paling mulia sepanjang sejarah manusia bahkan alam semesta, yaitu: Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam!

Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahil hamd…
Kaum muslimin rahimakumullah!
Saat ini kita perlu merasa perihatin dengan munculnya beberapa kasus yang menimpa generasi muda ditanah air kita, di mana pada usia yang masih belia, bahkan masih dalam kategori anak-anak, telah terjadi perilaku-perilaku yang tidak lagi bisa dikatagorikan sebagai bentuk “kenakalan” pada umumnya, melainkan sudah menjerumus pada prilaku kriminal. Padahal kita tahu bahwa mereka adalah generasi yang akan meneruskan perjuangan kita; generasi yang akan menjadi bagian dari potret tanah air Indonesia di masa yang datang.
Kita semua juga nyaris menyaksikan setiap hari di sudut-sudut jalan raya, bagaimana anak-anak kita dieksploitasi dan diperalat menjadi anak jalanan, mengemis dan meminta-minta sambil mengisap lem dari balik bajunya yang lusuh dan kotor.
Saya kira kita juga tahu hasil-hasil survey mutakhir yang menunjukkan bagaimana jumlah ABG yang hamil di luar nikah terus meningkat dalam jumlah yang sangat memprihatinkan.
Realitas ini harus kita sikapi secara serius, karena jika tidak, maka kiranya bukanlah suatu hal yang mustahil kasus-kasus seperti itu akan menjalar dan menjangkit mengenai lingkungan kita.
Dan itu semua barulah segelintir masalah dan problem anak-anak kita di masa kini…
Memang di zaman sekarang tantangan yang dihadapi begitu besar dan berat, mendidik anak ibarat menggiring domba ditengah kawanan serigala, sedikit lengah, habislah domba itu di mangsanya.

Allahu akbar Allahu akbar La ilaha illaLlah Allahu akbar walillahilhamd…
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Harus kita akui dengan jujur bahwa salah satu penyebab utama terjadinya ini semua adalah orangtua itu sendiri. Tidak sedikit Orangtua yang terjebak dalam dua sikap ekstrem yang saling bertolak belakang: sikap yang memanjakan terlalu berlebihan dan sikap pengabaian yang menelantarkan anak-anak.
Ada orangtua yang menganggap bahwa kasih sayang kepada anak harus ditunjukkan dengan pemberian dan pemenuhan segala keinginannya. Bahkan ada juga orangtua yang memanjakan anak dengan segala fasilitas untuk mengangkat gengsinya sendiri sebagai orangtua!
Pada sisi yang lain, tidak sedikit orangtua yang tidak peduli dengan anak-anaknya. Atau menunjukkan kepedulian dengan melakukan kekerasan demi kekerasan kepada anak.
Karena itu, di hari yang penuh berkah ini, marilah kita berhenti sejenak, membuka hati untuk sejenak belajar dari ayahanda para nabi dan rasul, Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam. Belajar tentang betapa pentingnya nilai keluarga kita, tentang betapa pentingnya nilai seorang anak bagi orangtuanya di dunia dan akhirat.

Para ayah dan bunda yang dimuliakan Allah!
Pelajaran pertama dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah bahwa untuk mendapatkan anak yang shaleh, maka orangtua terlebih dahulu berusaha menjadi orang yang shaleh. Karena siap menjadi orangtua artinya siap menjadi teladan untuk keluarga, bukan sekedar memberi makan dan mencukupi kebutuhan anak.
Keberhasilan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh seperti Nabi Isma’il ‘alaihissalam adalah karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh. Allah Azza wa Jalla menegaskan:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (al-Mumtahanah: 4)

Pujian Allah Azza wa Jalla untuk Ibrahim ‘alaihissalam ini tentu saja didapatkannya setelah ia berusaha dan berusaha menjadi sosok pribadi yang dicintai oleh Allah Azza wa Jalla.
Pertanyaannya sekarang untuk kita semua adalah: siapakah di antara kita yang sejak awal menjadi orangtua sudah berusaha untuk belajar dan berusaha menjadi orangtua yang shaleh? Apakah kesibukan kita menshalehkan pribadi kita sudah menyamai kesibukan kita mengurus rezki dan urusan dunia lainnya?

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!
Pelajaran kedua dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah jika ingin memiliki anak yang shaleh, maka bersungguh-sungguhlah meminta dan mencita-citakannya dari Allah Azza wa Jalla. Allah Ta’ala mengabadikan doa-doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tentang itu di dalam al-Qur’an:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Tuhanku, karuniakanlah untukku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shaleh.” (al-Shaffat: 100)
رَبِّ  اجْعَلْنِى  مُقِيمَ الصَّلَوٰةِ  وَمِن  ذُرِّيَّتِى رَبَّنَا  وَتَقَبَّلْ  دُعَآءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang menegakkan shalat, juga dari keturunanku. Ya Tuhan kami, kabulkanlah doaku.” (Ibrahim: 40)

Kaum muslimin yang berbahagia!
Mungkin banyak di antara kita yang sekedar “mau” memiliki anak yang shaleh. Tapi siapa di antara kita yang sungguh-sungguh berdoa memintanya kepada Allah dengan kelopak mata yang berderai air mata? Siapa di antara kita yang secara konsisten menyelipkan doa-doa terbaiknya untuk keluarga dan anak-anaknya?

Allahu akbar, Allahu akbar La ilaha illaLlahu Allahu akbar wa lillahilhamd…
Jika kita memang sungguh-sungguh bercita-cita mendapatkan anak shaleh, maka kita harus berpikir dan berusaha sungguh-sungguh pula mencari jalannya, sama bahkan lebih dari saat kita bercita-cita ingin mempunyai penghasilan yang besar, rumah tinggal impian dan kendaraan idaman kita. Berikut ini beberapa hal yang sungguh-sungguh harus kita jalankan untuk mewujudkan impian “anak shaleh” tersebut:
Pertama, konsisten mencari rezki yang halal untuk keluarga:
Dalam pandangan Islam, apa yang dikonsumsi oleh tubuh manusia akan berpengaruh terhadap perilakunya. Karena itu, Islam mewajibkan kepada setiap orangtua untuk memberikan hanya makanan halal yang diperoleh melalui harta yang halal kepada anak-anak mereka. Bahkan nafkah yang halal untuk keluarga akan dinilai sebagai sedekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا أَنْفَقَ عَلَى أَهْلِهِ كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً
“Sesungguhnya seorang muslim itu jika ia memberi nafkah kepada keluarganya, maka itu akan menjadi sedekah untuknya.” (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh al-Albani)
Usaha memberikan nafkah yang halal tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua. Dan untuk itu, kita harus selalu mengingat peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tantangan tersebut. Beliau bersabda:
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ
“Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak lagi peduli apa yang ia kumpulkan; apakah dari yang halal atau dari yang haram?” (HR. al-Bukhari)
Apakah kita termasuk yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini? Orang yang tidak peduli dari mana mengais dan membawa pulang nafkah untuk keluarga. Dan Rasulullah telah berpesan:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنَ السُّحْتِ، النَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Tidak akan masuk surga daging tumbuh dari harta haram, karena neraka lebih pantas untuknya.”(HR. al-Tirmidzi dengan sanad yang shahih)
Allahu akbar, Allahu akbar, la ilaha illaLlahu Allahu akbar walillahilhamd…
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Yang kedua, memberikan kasih sayang kepada anak tapi tidak memanjakannya:
Pada hari ini, seiring dengan perkembangan teknologi yang nyaris tak terbendung, kita sudah tidak aneh lagi melihat anak-anak yang dibekali oleh para orangtua dengan peralatan-peralatan komunikasi yang bisa apa saja, termasuk mengakses tayangan-tayangan pornografi.
Di samping dampak lain seperti kecanduan game dan semacamnya yang semakin merenggangkan hubungan komunikasi antara anak dan orangtua. Ini adalah satu contoh kasus di mana mungkin saja kita menganggap itu sebagai bukti kasih sayang kita kepada mereka.
Namun marilah memikirkan dengan jernih bahwa bukti cinta dan sayang kita yang sesungguhnya kepada mereka adalah dengan berusaha menyelamatkan mereka dari api neraka. Allah Ta’alaberfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah diri dan keluarga kalian dari api nerakan yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (al-Tahrim: 6)
Apakah Anda rela membiarkan anak-anak Anda terpanggang di dalam kobaran api neraka? Apakah kita rela membiarkan anak-anak yang kita sayangi itu menjadi bahan bakar neraka Allah?Na’udzu billah min dzalik.
Kaum muslimin rahimakumullah!
Para ayah dan bunda yang berbahagia!
Selanjutnya yang ketiga adalah terus belajar dan belajar menjadi orangtua yang shaleh dan cakap:
Apakah kita sudah mengetahui semua panduan dan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mendidik anak?
Apakah kita sudah memahami bagaimana menghadapi karakter anak kita yang berbeda-beda itu?
Kita tidak dilarang mempelajari konsep pendidikan anak dari siapa saja, tapi selalu ingat bahwa konsep pendidikan dan pembinaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang terbaik dan yang wajib untuk kita jalankan. Tentu saja kita tidak lupa untuk meneladani jejak para sahabat Nabi dan Ahlul bait beliau secara benar, dan tidak berlebih-lebihan.
Cobalah kita renungkan betapa banyaknya hal yang harus kita pelajari sebagai orangtua. Karenanya sesibuk apapun urusan dunia kita, kita harus menyediakan waktu untuk belajar menjadi orangtua yang shaleh dan cakap.  Itulah harga yang harus kita bayar untuk menyelamatkan keluarga kita dari kobaran api neraka yang membara.
Kaum muslimin yang berbahagia!
Mengapa kita harus benar-benar serius merancang kehadiran anak shaleh di dalam rumah tangga kita? Menjawab pertanyaan itu, marilah merenungkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ: اِذَامَاتَ ابْنُ اَدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْوَلَدٍ صَاِلحٍ يَدْعُوْلَهُ. رواه مسلم
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW Bersabda: “Ketika anak adam meninggal, maka terputuslah pahala amalnya kecuali tiga hal, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan kepadanya.” (HR Muslim).
Melalui hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa anak yang shaleh adalah investasi yang tak ternilai harganya. Anak yang shaleh adalah pelita yang tak padam meski kita telah terkubur dalam liang lahat. Anak yang shaleh adalah sumber pahala yang tak putus meski tubuh kita telah hancur berkalang tanah.
Sebaliknya, anak-anak yang tidak shaleh kelak akan menjadi sumber bencana bagi kehidupan kita para orangtua di akhirat, wal ‘iyadzu biLlah.
Kaum muslimin yang berbahagia!
Namun jika kita merasa gagal setelah mengerahkan upaya sungguh-sungguh untuk menghadirkan sosok anak shaleh dalam rumah kita, janganlah kita berputus asa kepada Allah Azza wa Jalla. Dalam kondisi putus asa seperti itu, kita harus belajar dari kesabaran dan keteguhan Nabi Nuh ‘alaihissalam yang terus mengajak anaknya ikut bersamanya, meski kemudian anaknya memilih untuk durhaka kepada Allah Ta’ala hingga akhir hayatnya.
Kesabaran juga hal paling mendasar yang harus kita miliki dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Maraknya kasus perceraian adalah bukti bahwa banyak orangtua yang egois memikirkan dirinya sendiri dan lupa bahwa anak-anak sangat membutuhkan sebuah keluarga yang utuh. Karenanya, bersabarlah karena Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Di penghujung khutbah ini, marilah sejenak kita menundukkan jiwa dan hati untuk menyampaikan doa-doa kita kepada Sang Maha mendengar, Allah Azza wa Jalla. Semoga doa-doa itu terhantarkan ke sisi Allah Ta’ala bersama dengan ibadah kurban yang kita tunaikan hari ini. Semoga Allah menganugerahi kita keturunan dan generasi yang shaleh dan shalehah, serta menganugerahkan rahmat dan petunjukNya kepada kita untuk dapat mencapai kedamaian, dan kebahagiaan hidup baik didunia maupun di akhirat. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Jumat, 22 Februari 2013

LIMA PERUSAK HATI



Hati adalah pengendali. Jika ia baik, baik pula perbuatannya. Jika ia rusak, rusak pula perbuatannya. Maka menjaga hati dari kerusakan adalah niscaya dan wajib.
Tentang perusak hati, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada lima perkara, 'bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk), angan-angan kosong, bergantung kepada selain Allah, kekenyangan dan banyak tidur.'
1.      Bergaul dengan banyak kalangan
Pergaulan adalah perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.
Dalam tataran riel, kita sering menyaksikan orang yang hancur hidup dan kehidupannya gara-gara pergaulan. Biasanya out put semacam ini, karena motivasi bergaulnya untuk dunia. Dan memang, kehancuran manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, kelak di akhirat, banyak yang menyesal berat karena salah pergaulan. Allah berfirman :
tPöqtƒur Ùyètƒ ãNÏ9$©à9$# 4n?tã Ïm÷ƒytƒ ãAqà)tƒ ÓÍ_tFøn=»tƒ ßNõsƒªB$# yìtB ÉAqߧ9$# WxÎ6y ÇËÐÈ 4ÓtLn=÷ƒuq»tƒ ÓÍ_tFøs9 óOs9 õσªBr& $ºRŸxèù WxŠÎ=yz ÇËÑÈ ôs)©9 ÓÍ_¯=|Êr& Ç`tã ̍ò2Ïe%!$# y÷èt/ øŒÎ) ÎTuä!$y_ 3 šc%Ÿ2ur ß`»sÜø¤±9$# Ç`»|¡SM~Ï9 Zwräs{ ÇËÒÈ
"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata, 'Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku." (Al-Furqan: 27-29).
âäHxÅzF{$# ¥Í´tBöqtƒ óOßgàÒ÷èt/ CÙ÷èt7Ï9 <rßtã žwÎ) šúüÉ)­FßJø9$# ÇÏÐÈ
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf: 67).
tA$s%ur $yJ¯RÎ) Oè?õsƒªB$# `ÏiB Èbrߊ «!$# $YZ»rO÷rr& no¨Šuq¨B öNä3ÏYøt/ Îû Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# ( ¢OèO uQöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# ãàÿõ3tƒ Nà6àÒ÷èt/ <Ù÷èt7Î/ ÚÆyèù=tƒur Nà6àÒ÷èt/ $VÒ÷èt/ ãNä31urù'tBur â$¨Y9$# $tBur Nà6s9 `ÏiB šúïÎŽÅÇ»¯R ÇËÎÈ

"Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari Kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain), dan tempat kembalimu adalah Neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolong." (Al-Ankabut: 25).
Inilah pergaulan yang didasari oleh kesamaan tujuan duniawi. Mereka saling mencintai dan saling membantu jika ada hasil duniawi yang diingini. Jika telah lenyap kepentingan tersebut, maka pertemanan itu akan melahirkan duka dan penyesalan, cinta berubah menjadi saling membenci dan melaknat.
Karena itu, dalam bergaul, berteman dan berkumpul hendaknya ukuran yang dipakai adalah kebaikan. Lebih tinggi lagi tingkatannya jika motivasi pertemanan itu untuk mendapatkan kecintaan dan ridha Allah.
2.      Larut dalam angan-angan kosong
Angan-angan kosong adalah lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya orang-orang bangkrut. Bahkan dikatakan, angan-angan adalah modal orang-orang bangkrut. Ombak angan-angan terus mengombang-ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa mempermainkannya. Laksana anjing yang sedang mempermainkan bangkai.
Angan-angan kosong adalah kebiasaan orang yang berjiwa kerdil dan rendah. Masing-masing sesuai dengan yang diangankannya. Ada yang mengangankan menjadi raja atau ratu, ada yang ingin keliling dunia, ada yang ingin mendapatkan harta kekayaan melimpah, atau isteri yang cantik jelita. Tapi itu hanya angan-angan belaka.
Adapun orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia, maka cita-citanya adalah seputar ilmu, iman dan amal shalih yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Dan ini adalah cita-cita terpuji. Adapun angan-angan kosong ia adalah tipu daya belaka. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memuji orang yang bercita-cita terhadap kebaikan.
3.      Bergantung kepada selain Allah
Ini adalah faktor terbesar perusak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya dari bertawakkal dan bergantung kepada selain Allah.
Jika seseorang bertawakkal kepada selain Allah maka Allah akan menyerahkan urusan orang tersebut kepada sesuatu yang ia bergantung kepadanya. Allah akan menghinakannya dan menjadikan perbuatannya sia-sia. Ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun dari Allah, juga tidak dari makhluk yang ia bergantung kepadanya. Allah berfirman,
(#räsƒªB$#ur `ÏB Âcrߊ «!$# ZpygÏ9#uä (#qçRqä3uÏj9 öNçlm; #xÏã ÇÑÊÈ žxx. 4 tbrãàÿõ3uy öNÍkÌEyŠ$t7ÏèÎ/ tbqçRqä3tƒur öNÍköŽn=tã #ƒÅÊ ÇÑËÈ
artinya:
"Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak, kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka." (Maryam: 81-82)
(#räsƒªB$#ur `ÏB Èbrߊ «!$# ZpygÏ9#uä öNßg¯=yè©9 šcrçŽ|ÇZムÇÐÍÈ Ÿw tbqãèÏÜtGó¡tƒ öNèduŽóÇnS öNèdur öNçlm; ÓYã_ tbrçŽ|ØøtC ÇÐÎÈ
“Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka, padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka." (Yasin: 74-75)
Maka orang yang paling hina adalah yang bergantung kepada selain Allah. Ia seperti orang yang berteduh dari panas dan hujan di bawah rumah laba-laba. Dan rumah laba-laba adalah rumah yang paling lemah dan rapuh. Lebih dari itu, secara umum, asal dan pangkal syirik adalah dibangun di atas ketergantungan kepada selain Allah. Orang yang melakukannya adalah orang hina dan nista. Allah berfirman,
žw ö@yèøgrB yìtB «!$# $·g»s9Î) tyz#uä yãèø)tGsù $YBqãBõtB Zwräøƒ¤C ÇËËÈ
artinya: "Janganlah kamu adakan tuhan lain selain Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)." (Al-Isra': 22)
Terkadang keadaan sebagian manusia tertindas tapi terpuji, seperti mereka yang dipaksa dengan kebatilan. Sebagian lagi terkadang tercela tapi menang, seperti mereka yang berkuasa secara batil. Sebagian lagi terpuji dan menang, seperti mereka yang berkuasa dan berada dalam kebenaran. Adapun orang yang bergantung kepada selain Allah (musyrik) maka dia mendapatkan keadaan yang paling buruk dari empat keadaan manusia, yakni tidak terpuji dan tidak ada yang menolong.
4.      Makanan

Makanan perusak ada dua macam.
Pertama , merusak karena dzat/materinya, dan ia terbagi menjadi dua macam.
Yang diharamkan karena hak Allah, seperti bangkai, darah, anjing, binatang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam. Kedua, yang diharamkan karena hak hamba, seperti barang curian, rampasan dan sesuatu yang diambil tanpa kerelaan pemiliknya, baik karena paksaan, malu atau takut terhina.
Kedua, merusak karena melampaui ukuran dan takarannya. Seperti berlebihan dalam hal yang halal, kekenyangan kelewat batas. Sebab yang demikian itu membuatnya malas mengerjakan ketaatan, sibuk terus-menerus dengan urusan perut untuk memenuhi hawa nafsunya. Jika telah kekenyangan, maka ia merasa berat dan karenanya ia mudah mengikuti komando setan. Setan masuk ke dalam diri manusia melalui aliran darah. Puasa mempersempit aliran darah dan menyumbat jalannya setan. Sedangkan kekenyangan memperluas aliran darah dan membuat setan betah tinggal berlama-lama. Barangsiapa banyak makan dan minum, niscaya akan banyak tidur dan banyak merugi.
Dalam sebuah hadits masyhur disebutkan: "Tidaklah seorang anak Adam memenuhi bejana yang lebih buruk dari memenuhi perutnya (dengan makanan dan minuman). Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap (makanan) yang bisa menegakkan tulang rusuknya. Jika harus dilakukan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya." (HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan Hakim, dishahihkan oleh Al-Albani).
5.      Kebanyakan tidur
Banyak tidur mematikan hati, memenatkan badan, menghabiskan waktu dan membuat lupa serta malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, ada yang berbahaya dan sama sekali tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat adalah tidur saat sangat dibutuhkan.
Segera tidur pada malam hari lebih baik dari tidur ketika sudah larut malam. Tidur pada tengah hari (tidur siang) lebih baik daripada tidur di pagi atau sore hari. Bahkan tidur pada sore dan pagi hari lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.
Di antara tidur yang dibenci adalah tidur antara shalat Shubuh dengan terbitnya matahari. Sebab ia adalah waktu yang sangat strategis. Karena itu, meskipun para ahli ibadah telah melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah, mereka tidak mau tidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Sebab waktu itu adalah awal dan pintu siang, saat diturunkan dan dibagi-bagikannya rizki, saat diberikannya barakah. Maka masa itu adalah masa yang strategis dan sangat menentukan masa-masa setelahnya. Karenanya, tidur pada waktu itu hendaknya karena benar-benar sangat terpaksa.
Secara umum, saat tidur yang paling tepat dan bermanfaat adalah pada pertengahan pertama dari malam, serta pada seperenam bagian akhir malam, atau sekitar delapan jam. Dan itulah tidur yang baik menurut pada dokter. Jika lebih atau kurang daripadanya maka akan berpengaruh pada kebiasaan baiknya. Termasuk tidur yang tidak bermanfaat adalah tidur pada awal malam hari, setelah tenggelamnya matahari. Dan ia termasuk tidur yang dibenci Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam .
(Disadur dari Mufsidaatul Qalbi Al-Khamsah, min kalami Ibni Qayyim Al-Jauziyyah)