Ahlan Wa Sahlan di Blog Kelompok Kerja Penyuluh (POKJALUH) Kankemenag Kab. Pekalongan

Jumat, 25 November 2011

STRATEGI DAN METODE BIMBINGAN PENYULUHAN AGAMA ISLAM BAGI MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT TERPENCIL


STRATEGI DAN METODE BIMBINGAN
PENYULUHAN AGAMA ISLAM BAGI MASYARAKAT
 PEDESAAN DAN MASYARAKAT TERPENCIL
Disampaikan kepada peserta diklat calon penyuluh
Fasilitator  : H. Muhammad Djam’an Haq, M.Pd
Widyaiswara  Madya Pembina Utama Muda ( IV/C)




BAGIAN I
PENGERTIAN MASYARAKAT DESA DAN MASYARAKAT TERPENCIL

PENGERTIAN DESA
Ø  Sutardjo Kartohadikusuma:  Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri.
Ø  Bintarto:  Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.
Ø  Paul Landis:  Desa adalah penduduknya yang kurang dari 2.500 jiwa.
MASYARAKAT DESA & MASYARAKAT TERPENCIL
Menurut Ferdinand  Tonies :
Masyarakat desa  adalah masyarakat gemeinschaft (paguyuban) yakni masyarakat yang hidupnya tenang harmonis, rukun dan damai,  dengan julukan masy yang adem ayem
Masyarakat terpencil  adalah masyarakat yang relatf tertutup, mempunyai keterkaitan dengan alam yang tinggi, melakukan kegiatan produksi yang bersifat sederhana, memperoleh pelayanan sosial yang sangat minim sehingga menghasilkan tingkat kualitas SDM yg relatif sgt rendah
JUMLAH WILAYAH ADMINISTRATIF DI PROVINSI JATENG DAN DI YOGYAKARTA
Provinsi
Kab.
Kota
Kec.
Kel.
Desa
Luas wil.
Penduduk
Kepadatan
JATENG
29
6
564
744
7.817
32.799,71
32.952.040
1.004,64
D I Y
4
1
78
47
391
3.133,15
3.279.701
1.046,77
TOTAL
33
7
642
791
8.208
35.932,86
36.231.741
---

TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN  TERPENCIL
1.         Meningkatkan kesejahteraannya sehingga mereka dapat menikmati kualitas hidup sebagaimana yang dinikmati oleh masyarakat Indonesia pada umumnya.
2.         Dalam wujud fisik, pemberdayaan masyarakat pedesaan terpencil akan memungkinkan mereka untuk :
a. Bermukim secara menetap 
b. Melakukan kegiatan ekonomi pasar yang menguntung kan dan berkelanjutan
c. Terlayani oleh fasilitas sosial ekonomi: sekolah,  klinik, listrik,  air bersih
d.Terhubungkan dengan angkutan darat / laut reguler ke pusat desa / kecamatan

HUMAN DEVELOPMENT INDEX ASEAN + 3 COUNTRY

No
Country
HDI Rank
Life Expectancy years
Adult literacy rate %
% Gross enrolment ratio
GDP / capita US $
1
Singapore
25
78,7
92,5
87
24,48
2
Brunei
33
76,4
92,7
74
19,21
3
Malaysia
61
73,2
88,7
71
9,51
4
Thailand
73
70
92,6
73
7,59
5
Philippines
84
70,4
92,6
82
4,32
6
Vietnam
108
66,8
90,3
64
2,49
7
Indonesia
110
66,8
87,9
66
3,36
8
Myanmar
129
60,2
89,7
48
1,03
9
Cambodia
130
56,2
73,6
59
2,08
10
Laos PDR
133
54,7
68,7
61
1,76
11
Japan
11
82
?
84
27,97
12
Korsel
28
77
97,9
93
17,97
13
China
83
71,6
90,9
69
5,00

SOURCE : UNDP – Human Development Report   ( 179 country )


CIRI-CIRI UMUM MASYARAKAT DESA :

1.       Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara sesama warga.
2.       Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
3.       Cara berusaha (ekonomi) agraris yang paling umum dan sangat dipengaruhi alam seperti:  iklim,  keadaan,  alam,  kekayaan alam.
4.       Sedang pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.
5.       Sistem kehidupan berkelompok
6.       Masyarakat homogen dalam hal mata pencaharian,  agama,  adat-istiadat
7.       Homogenitas sosial
8.       Hubungan primer / kekerabatan
9.       Kontrol sosial yang ketat
10.   Gotong-royong
11.   Ikatan sosial
12.   Magis religius

UNSUR-UNSUR DAN FUNGSI DESA :

Desa mempunyai beberapa unsur:
1.       Daerah, merupakan luas dan batas lingkungan geografis setempat.
2.       Penduduk,  meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
3.       Tata kehidupan, menyangkut seluk-beluk kehidupan masyarakat desa.

Fungsi Desa:
1.       Sebagai suatu daerah pemberian bahan makanan pokok seperti padi, jagung, ketela, disamping bahan makanan lain seperti kacang, kedelai, buah-buahan, dan bahan makanan lain yang berasal dari hewan.
2.       Sebagai lumbung bahan mentah dan tenaga kerja.
3.       Dari segi kegiatan kerja desa dapat merupakan desa agraris,  desa industri, desa nelayan, dsb.

CIRI-CIRI  UMUM  YANG  BERLAKU  TERHADAP MASYARAKAT  TERPENCIL

Ciri-ciri kehidupan mereka dlm kondisi:
ü  Tingkat kemiskinan yang tinggi
ü  Tingkat literasi/kemampuan baca tulis yang sangat rendah
ü  Tingkat malnutrisi/gizi buruk yang tinggi
ü  Tingkat harapan hidup yang rendah
ü  Tingkat morbiditas/kematian yg tinggi
ü  Tingkat HAM yang rendah.

BAGIAN II
KARAKTERISTIK MASYARAKAT DESA DAN MASYARAKAT  TERPENCIL

         Karakteristik masyarakat desa yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum dan masih sering ditemui, yang hidup bersama-sama di lingkungan pedesaan.

1.   Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal :
a)      Secara ekonomi memang tidak mampu.
b)      Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
2.   Mudah curiga
Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada :
a)      Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya.
b)      Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”.
3.  Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”
Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau “unggah-ungguh” apabila :
a)        Bertemu dengan tetangga.
b)        Berhadapan dengan pejabat.
c)         Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan.
d)        Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi.
e)        Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya.
4. Guyub, kekeluargaan
Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.
5. Lugas
“Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki.
6. Tertutup dalam hal keuangan
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.
7. Perasaan “minder” terhadap orang kota
Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar.  Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak omong.  
8. Menghargai (ngajeni) orang lain
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan “ngajeni”.
9. Jika diberi janji, akan selalu diingat
Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya.

Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya.
Contoh kecil: Penyuluh menjanjikan pertemuan di Balai Desa jam 19.00.  Dengan tepat waktu, mereka telah standby namun penyuluh baru datang jam 20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu.  
10. Suka gotong-royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang sedang punya “gawe” atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain.

Prinsip mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang  artinya: lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.
11. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat.  Dalam hal ini peran BPD (Badan Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga.
12. Religius
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misal tahlilan, rajaban, Jumat kliwonan, dll.


BAGIAN III
BUDAYA MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT TERPENCIL  

Pengertian Budaya :
Keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia yang dihasilkan dengan cara belajar, Budaya organisasi pada dasarnya terbentuk dari nilai-nilai, keyakinan,  asumsi,  sikap, dan perilaku yang ditunjukkan oleh para anggota organisasi.

Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.

Dalam Sosiologi, manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda, tetapi keduanya merupakan suatu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta, maka kebudayaan mengatur dan mendampingi hidup manusia.

Budaya masyarakat pedesaan dan masyarakat terpencil

Pendapat ahli mengenai komponen/unsur kebudayaan, antara lain:
Melville Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,  yaitu:   Alat-alat teknologi;  Sistem ekonomi;  Keluarga;  dan Kekuasaan politik
Bronislaw malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
1.    Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
2.    Organisasi ekonomi
3.    Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4.    Organisasi kekuatan (politik)

KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI

1.       Budaya terwujud dalam perilaku
2.       Budaya dipelajari
3.       Budaya dipelajari melalui interaksi
4.       Sub budaya terbentuk melalui penghargaan
5.       Orang membentuk budaya
6.       Budaya dinegosiasikan
7.       Budaya sukar diubah
8.       Budaya organisasi sering ditafsirkan berbeda
9.       Budaya organisasi boleh jadi kuat atau lemah
10.   Idealnya, budaya organisasi mendukung lingkungan yang positif dan produktif     

BAGIAN IV
SIKAP DAN AKTIVITAS MASYARAKAT DESA DAN MASYARAKAT  TERPENCIL  

1.       Gotong-royong, Masyarakat pedesaan dalam mengadakan suatu acara atau kesibukan,tanpa diminta untuk membantu ataupun minta tolong,
2.       Sangat religius, Agama yang berkembang didesa sangat mendarah daging ditubuh mereka
3.       Malu jika bertemu  dengan orang yang baru dijumpai, Mereka menilai bahwa mereka sangat rendah, meskipun pandangan itu sangat keliru, karena semua manusia dihadapan Tuhan adalah sama
4.       Dalam bertutur kata yang lembut, sopan santun yang menyebabkan mereka sangat terlihat ramah oleh orang lain
5.       Mata pencaharian masyarak pedesaan umumnya bertani, Mereka umumnya pergi kesawah pagi dan kembali pada sore hari.  

CARA MENYIKAPI atau BERADAPTASI

1. Bersikap “andhap asor”
Sebagai “komunitas tamu” yang berasal dari luar komunitas masyarakat desa seyogyanya kita mengambil posisi yang “merendah” atau minimal “seimbang” sekalipun secara materi dan intelektualitas lebih tinggi dari mereka.
2. Bersahabat
Sifat arogan harus dikikis habis, diganti dengan perilaku yang bersahabat dan “sumedulur” (bersaudara).
Sebagai tamu sudah semestinya tidak bersikap arogan dan menunjukkan sifat dan perilaku kekotaan.
3. Menghargai
Sebagai reaksi atas sikap kekeluargaan dari masyarakat desa, sepantasnya kita juga menghargai mereka, Sikap menghargai ini dapat diberikan dalam hal :
a.    Memahami pola pikir mereka yang berbeda kontra dengan pola pikir kita,
b.    Menerima pemberian sesuatu sebagai bentuk “tresno” (kasih sayang) mereka kepada kita,
c.     Memahami pola hidup mereka yang jauh berbeda dengan pola hidup kita.  
4. Sopan santun
Dalam rangka mengikuti adat/istiadat/kebiasaan yang berlaku di desa maka sudah selayaknya penyuluh menyesuaikan diri, diantaranya :
a.    Dalam hal berpakaian, sebaiknya tidak mengenakan pakaian “ala kota”,
b.    Dalam gaya hidup, sebaiknya tidak menunjukkan sikap yang menurut mereka “pamer materi”. Misal : ber-handphone ria ditengah-tengah mereka, sambil berbicara dengan mereka,
c.     Dalam hal berbicara, sebaiknya tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang hanya bisa dipahami oleh kalangan terpelajar,  misal:  bahasa  asing / bahasa ilmiah.
5.    Terbuka
Sebagai reaksi positif atas keterbukaan yang ditunjukkan oleh masyarakat desa maka seyogyanya kita juga menunjukkan sikap terbuka kepada mereka, misalnya:
a.    Jika tuan rumah sudah berbicara apa adanya tentang menu makanan sehari-hari maka jika kita memang kurang suka sebaiknya “bicara terus terang”. Contoh:  A tidak suka makan mie. sebaiknya bicara ke tuan rumah daripada “nggerundhel”.
b.    Jika keluar dari rumah pondokan sebaiknya menjelaskan secara terbuka: mau kemana, dengan siapa dan kapan pulang, Hal ini penting, karena biasanya tamu sudah dianggap sebagai anak sendiri.
6.    Membantu tanpa pamrih
Mengacu pada karakteristik gotong-royong yang dimiliki masyrakat desa, maka sudah semestinya kita menyesuaikan dan mengikuti kebiasaan itu. Bekerja dan membantu masyarakat desa tanpa pamrih, dengan senang hati mengikuti setiap acara tradisional (misal: kenduri) yang diadakan di desa.
7.    Tepat waktu
Demi menjaga kepercayaan masyarakat desa, sebaiknya perlu diperhatikan ketepatan waktu dalam setiap acara peretemuan yang melibatkan orang banyak.  Hal ini sangat penting agar masyarakat desa juga menaruh kepercayaan kepada kita sehingga sosialisasi program dan keterlanjutan pelaksanaannya dapat terjaga.
8.    Silahturahmi
Sebagai “tamu” sudah menjadi kebiasaan yang lumrah jika kita harus melakukan silaturahmi (sama dengan memperkenalkan diri) kepada warga masyarakat desa agar didalam melakukan sosialisasi dan pelaksanaan program tidak mengalami hambatan hanya dikarenakan belum kenal.
Silaturahmi ini dapat dilakukan secara formal maupun informal. Misal :
a.    Ketika melakukan sosialisasi ketemu warga desa, sebaiknya langsung memperkenalkan diri (informal).
b.    Perkenalan diri secara formal di Balai Desa (formal).
9. “Srawung”
Selama menjalankan program sebaiknya kita tetap menjaga hubungan baik dengan masyarakat desa sehari-hari. Jangan sekali-kali kita mengucilkan diri dan seolah membentuk kelompok “eksklusif orang kota”.
10. Gotong-royong
Partisipatif,  ini kata kuncinya! Dalam menjalankan program kerja jangan sampai meninggalkan prinsip dasar, yaitu Partisipasi Masyarakat.  
Pada dasarnya program dapat berjalan karena ada partisipasi, baik dari seluruh anggota kelompok maupun masyarakat setempat. Memunculkan minat berpartisipasi tidaklah mudah, karena itu dibutuhkan komitmen yang tinggi yang diawali dari diri sendiri.
11. Demokratis
Mencermati iklim demokrasi yang juga sudah merambah di desa, hendaknya kita bersedia mengikuti proses yang berlangsung. Karena itu, dalam merencanakan dan melaksanakan program kita harus melibatkan BPD (Badan Perwakilan Desa). Ini juga berarti kita menghargai proses demokrasi dalam sebuah “lembaga” yang namanya desa.
12. Menghargai
Sikap menghargai,  itulah yang mesti kita kembangkan!, Kita mesti tahu diri disaat masyarakat desa sedang menjalankan ibadah agamanya.