Embrio   globalisasi sebenarnya sudah ada sejak abad ke enam di saat  bangsa   Quraisy di Makkah menjadi penghubung dua simbol perdagangan dunia yaitu   Syam dan Yaman. Dari Syam berkembang jaringan perdagangan ke arah Utara   dan Barat seperti Romawi, Perancis, Spanyol, Portugal, Balkan, Persia   dan Asia Barat Daya. Dari Yaman perkembang jaringan ke Selatan dan   Timur seperti ke Etiopia, Madagaskar, Afrika Selatan, Gujarat (India),   Tiongkok, Malaka, Indonesia, dan Brunei. Di abad ke 20 globalisasi   mengalami percepatan dengan dikembangnya teknologi  terutama teknologi   informasi dan komunikasi, teknologi industri dan teknologi transportasi.
Keunggulan   teknologi industri telah mencapai  effisiensi yang belum pernah terjadi   sebelumnya, sehingga mampu mengahsilkan alat-alat informasi, komunikasi   dan transportasi sedemikian murahnya dan dalam waktu yang singkat.  Tak   mengherankan kalau dunia entertaiment berkembang dengan pesat, memberikan hiburan secara live atau recorded, on-stage maupun broadcasted,   cetak atau eleoktronik diginal.Oleh karena itu, tugas kita semakin   berat, bukan saja siaran itu dapat membimbing umat Islam dalam   pengamalan agama, tetapi juga memberikan motivasi kepada umat dan   berupaya menggerakkannya agar meningkatkan partisipasinya secara   maksimal dalam mensukseskan program-program pembinaan keagamaan.
Oleh   sebab dengan itu, para pelaku dan pemilik program siaran keagamaan   harus terlebih dahulu mengetahui strategi dan sasarannya, serta juga   harus mengetahui bagaimana melaksanakan prgram  dengan sebaik-baiknya?   Tentu saja harus mengetahui pula dengan baik kelompok-kelmpok yang   menjadi sasarannya dan menguasai dengan baik materi-materi siaran agama   yang disampaikan. Kemudian, pengelola siaran agama, baik dipusat maupun   didaerah, seharusnya menguasai medan  dengan baik, sehingga dengan  demikian mereka dapat menyusun  program-program siaran agama yang sesuai  dengan kenyataan, problem dan  sasaran yang tepat.
Agama   adalah bagian kehidupan manusia dan  merupakan hubungan ketundukan  yang  diambil manusia sebagai makhluk bebas dalam kaitannya dengan Dzat  Yang  Maha Tinggi. Agama bagi makhluk bukan terletak dalam substansinya   sendiri melainkan dalam kondisinya sebagai objek usaha manusia yang   merdeka. Sebab, agama adalah posisi keyakinan manusia pada konsep wujud   untuk memperoleh petunjuk dalam mengetahui dan mengenal Allah. Maka    agama merupakan  unsur pertama dan utama dalam kehidupan perorangan,   bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kehidupan  bangsa Indonesia  yang relijius perlu dibina dan dikembangkan dalam  berbagai kegiatan  kemasyarakatan dan kenegaraan. Kegiatan masyarakat  dalam kehidupan  keagamaan sangat besar dan sudah tercermin dalam peran  serta umat Islam  dalam pembangunan tempat-tempat ibadah,  lembaga-lembaga pendidikan,   lembaga-lembaga sosial keagamaan dan  lain-lain. Karena agama menduduki  tempat tersendiri, untuk itulah  penghayatan dan pengamalan agama perlu  dibina dan dikembangkan sehingga  umat beragama mampu membangun dirinya,  membangun bangsa dan negara dan  agamanya.
Pembangunan  Indonesia bukan hanya pembangunan fisiknya saja, tetapi pembangunan  manusia Indonesia  seutuhnya, yakni pembangunan lahir dan batin, rohani  dan jasmani,  material dan spiritual, kebaikan dunia-akhirat sesuai doa  yang selalu  dipanjatkan kepada Allah, yaitu; “Rabbana atinaa fiddun-ya hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzabannar”.
Agama   Islam jelas agama yang mempunyai motivasi yang kuat dalam usaha   mewujudkan dan membina masyarakat adil dan makmur yang merata material   dan spiritual. Islam tidak memisahkan antara kehidupan beragama dan   bernegara, oleh karena itu motivasi agama merupakan alat yang ampuh   dalam menggelorakan semangat masyarakat dalam kehidupannya. Agama dapat   memberi bentuk kepada arti dan kualitas hidup, sebab kalau tidak   demikian, maka kita akan kehilangan tujuan, keindahan dan keberkahan   hidup. Tujuan ini harus ditanamkan dan disosialisasikan melalui berbagai   cara dan kegiatan seperti melalui media elektronik.
Program siaran   keagamaan melalui media televisi dan radio dapat menjangkau seluruh   lapisan masyarakat serta dapat menembus ruang tanpa batas ini perlu   dikemas dengan baik bagaimana suatu siaran keagamaan atau dakwah yang   menjadi panutan dan diterima masyarakat secara lugas dan menyenangkan,   memiliki daya tarik dan berhasil guna bagi audiens.
Media   elektronika mempunyai peranan yang besar dan luas sekali sebagai alat   penyampai informasi maupun sebagai alat komunikasi. Peranannya yang   besar dan luas ini menempatkan posisinya begitu penting dan dibutuhkan   manusia dalam kehidupannya. Bahkan dalam perkembangannya di Indonesia,   media elektronika sudah bukan merupakan kebutuhan sekunder melainkan   sudah menjadi kebutuhan primer. TV dan radio hampir tersebar merata   keseluruh nusantara, dipelosok pedesaan dan wilayah terpencil. Melalui   kedua media ini maka informasi dalam sekejap sudah merata dan diterima   dalam waktu singkat.
Sisi   lain dari peran elektronik adalah efektif dan efisien, terutama dalam   hal biaya, tenaga dan waktu. Seorang mubaligh cukup berbicara di TV,   radio atau website dalam waktu seketika informasi yang disampaikan sudah   dapat dipantau oleh sekian puluh juta orang. Begitu pula suatu ide  atau  gagasan yang hendak disampaikan kepada kelompok masyarakat  tertentu  bahkan yang jauh dipelosok, tidak diperlukan lagi biaya besar  untuk  mendatangi kelompok tersebut melainkan cukup disampaikan melalui  media  baik TV dan radio.
Untuk lebih meningkatkan peranan siaran agama dalam dakwah, umat Islam sekurang kurangnya memiliki tiga kewajiban pokok;
1.      Umat Islam berkewajiban menyelamatkan Islam dan umatnya dari segala ancaman dan tindakan.
2.      Umat Islam berkewajiban meningkatkan kualitas umat Islam baik secara individu maupun kelompok.
3.      Umat Islam berkewajiban melakukan dakwah Islamiyah sesuai ajaran tuntunan agama Islam.
Melaksanakan   dakwah melalui media elektronik adalah salah satu tugas suci yang   diperintahkan Allah dalam Alqur’an dan hadist, telah diatur garis–garis   besar tentang teknik dan  metodenya. Sekurang-kurangnya ada tiga macam   pendekatan yang harus dilakukan dalam menyampaikan siaran keagamaan    agar mencapai hasil yang baik, yaitu;
1.      Pendekatan hikmah (filusuf) dan aqliyah (rasional).
2.      Pendekatan Mauu’izah (pengajaran).
3.      Pendekatan Mujadalah (diskusi, bertukar fikiran)
Semua   itu, berpulang kepada kita semua, terutama pemerintah dalam hal ini   Direktorat Penerangan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Departemen Agama   yang menangani siaran keagamaan Islam melalui TV dan Radio.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar