Ahlan Wa Sahlan di Blog Kelompok Kerja Penyuluh (POKJALUH) Kankemenag Kab. Pekalongan

Selasa, 04 Oktober 2011

DAKWAH DAN MEDIA ELEKTRONIK

Embrio globalisasi sebenarnya sudah ada sejak abad ke enam di saat  bangsa Quraisy di Makkah menjadi penghubung dua simbol perdagangan dunia yaitu Syam dan Yaman. Dari Syam berkembang jaringan perdagangan ke arah Utara dan Barat seperti Romawi, Perancis, Spanyol, Portugal, Balkan, Persia dan Asia Barat Daya. Dari Yaman perkembang jaringan ke Selatan dan Timur seperti ke Etiopia, Madagaskar, Afrika Selatan, Gujarat (India), Tiongkok, Malaka, Indonesia, dan Brunei. Di abad ke 20 globalisasi mengalami percepatan dengan dikembangnya teknologi  terutama teknologi informasi dan komunikasi, teknologi industri dan teknologi transportasi.

Keunggulan teknologi industri telah mencapai  effisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga mampu mengahsilkan alat-alat informasi, komunikasi dan transportasi sedemikian murahnya dan dalam waktu yang singkat. Tak  mengherankan kalau dunia entertaiment berkembang dengan pesat, memberikan hiburan secara live atau recorded, on-stage maupun broadcasted, cetak atau eleoktronik diginal.Oleh karena itu, tugas kita semakin berat, bukan saja siaran itu dapat membimbing umat Islam dalam pengamalan agama, tetapi juga memberikan motivasi kepada umat dan berupaya menggerakkannya agar meningkatkan partisipasinya secara maksimal dalam mensukseskan program-program pembinaan keagamaan.

Oleh sebab dengan itu, para pelaku dan pemilik program siaran keagamaan harus terlebih dahulu mengetahui strategi dan sasarannya, serta juga harus mengetahui bagaimana melaksanakan prgram  dengan sebaik-baiknya? Tentu saja harus mengetahui pula dengan baik kelompok-kelmpok yang menjadi sasarannya dan menguasai dengan baik materi-materi siaran agama yang disampaikan. Kemudian, pengelola siaran agama, baik dipusat maupun didaerah, seharusnya menguasai medan dengan baik, sehingga dengan demikian mereka dapat menyusun program-program siaran agama yang sesuai dengan kenyataan, problem dan sasaran yang tepat.

Agama adalah bagian kehidupan manusia dan  merupakan hubungan ketundukan yang diambil manusia sebagai makhluk bebas dalam kaitannya dengan Dzat Yang Maha Tinggi. Agama bagi makhluk bukan terletak dalam substansinya sendiri melainkan dalam kondisinya sebagai objek usaha manusia yang merdeka. Sebab, agama adalah posisi keyakinan manusia pada konsep wujud untuk memperoleh petunjuk dalam mengetahui dan mengenal Allah. Maka  agama merupakan  unsur pertama dan utama dalam kehidupan perorangan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kehidupan bangsa Indonesia yang relijius perlu dibina dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan. Kegiatan masyarakat dalam kehidupan keagamaan sangat besar dan sudah tercermin dalam peran serta umat Islam dalam pembangunan tempat-tempat ibadah, lembaga-lembaga pendidikan,  lembaga-lembaga sosial keagamaan dan lain-lain. Karena agama menduduki tempat tersendiri, untuk itulah penghayatan dan pengamalan agama perlu dibina dan dikembangkan sehingga umat beragama mampu membangun dirinya, membangun bangsa dan negara dan agamanya.

Pembangunan Indonesia bukan hanya pembangunan fisiknya saja, tetapi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, yakni pembangunan lahir dan batin, rohani dan jasmani, material dan spiritual, kebaikan dunia-akhirat sesuai doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah, yaitu; “Rabbana atinaa fiddun-ya hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzabannar”.

Agama Islam jelas agama yang mempunyai motivasi yang kuat dalam usaha mewujudkan dan membina masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual. Islam tidak memisahkan antara kehidupan beragama dan bernegara, oleh karena itu motivasi agama merupakan alat yang ampuh dalam menggelorakan semangat masyarakat dalam kehidupannya. Agama dapat memberi bentuk kepada arti dan kualitas hidup, sebab kalau tidak demikian, maka kita akan kehilangan tujuan, keindahan dan keberkahan hidup. Tujuan ini harus ditanamkan dan disosialisasikan melalui berbagai cara dan kegiatan seperti melalui media elektronik.

Program siaran keagamaan melalui media televisi dan radio dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta dapat menembus ruang tanpa batas ini perlu dikemas dengan baik bagaimana suatu siaran keagamaan atau dakwah yang menjadi panutan dan diterima masyarakat secara lugas dan menyenangkan, memiliki daya tarik dan berhasil guna bagi audiens.

Media elektronika mempunyai peranan yang besar dan luas sekali sebagai alat penyampai informasi maupun sebagai alat komunikasi. Peranannya yang besar dan luas ini menempatkan posisinya begitu penting dan dibutuhkan manusia dalam kehidupannya. Bahkan dalam perkembangannya di Indonesia, media elektronika sudah bukan merupakan kebutuhan sekunder melainkan sudah menjadi kebutuhan primer. TV dan radio hampir tersebar merata keseluruh nusantara, dipelosok pedesaan dan wilayah terpencil. Melalui kedua media ini maka informasi dalam sekejap sudah merata dan diterima dalam waktu singkat.

Sisi lain dari peran elektronik adalah efektif dan efisien, terutama dalam hal biaya, tenaga dan waktu. Seorang mubaligh cukup berbicara di TV, radio atau website dalam waktu seketika informasi yang disampaikan sudah dapat dipantau oleh sekian puluh juta orang. Begitu pula suatu ide atau gagasan yang hendak disampaikan kepada kelompok masyarakat tertentu bahkan yang jauh dipelosok, tidak diperlukan lagi biaya besar untuk mendatangi kelompok tersebut melainkan cukup disampaikan melalui media baik TV dan radio.

Untuk lebih meningkatkan peranan siaran agama dalam dakwah, umat Islam sekurang kurangnya memiliki tiga kewajiban pokok;
1.      Umat Islam berkewajiban menyelamatkan Islam dan umatnya dari segala ancaman dan tindakan.
2.      Umat Islam berkewajiban meningkatkan kualitas umat Islam baik secara individu maupun kelompok.
3.      Umat Islam berkewajiban melakukan dakwah Islamiyah sesuai ajaran tuntunan agama Islam.

Melaksanakan dakwah melalui media elektronik adalah salah satu tugas suci yang diperintahkan Allah dalam Alqur’an dan hadist, telah diatur garis–garis besar tentang teknik dan  metodenya. Sekurang-kurangnya ada tiga macam pendekatan yang harus dilakukan dalam menyampaikan siaran keagamaan  agar mencapai hasil yang baik, yaitu;
1.      Pendekatan hikmah (filusuf) dan aqliyah (rasional).
2.      Pendekatan Mauu’izah (pengajaran).
3.      Pendekatan Mujadalah (diskusi, bertukar fikiran)

Semua itu, berpulang kepada kita semua, terutama pemerintah dalam hal ini Direktorat Penerangan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Departemen Agama yang menangani siaran keagamaan Islam melalui TV dan Radio.

Tidak ada komentar: