Jakarta, bimasislam—Ratih Sanggarwati.  Siapa yang tak kenal? Dikenal luas sebagai pemain sinetron, presenter  dan pembaca puisi, Ratih Sang, begitu ia dipanggil, kembali dipercaya  menjadi juri pada event pemilihan Keluarga Sakinah Tingkat Nasional  tahun 2011. Ini adalah tahun kedua baginya menjadi penilai pada ajang  yang telah berlangsung sejka tahun 1995 ini.
“ Saya bangga menjadi juri pada even ini. Saya kagum dengan para  peserta yang hebat-hebat. Mereka bukan sekedar mampu mempertahankan  mahligai rumah tangga, namun juga mampu melahirkan keturunan yang  berkualitas” ujarnya.Ratih Sang menuturkan, dalam membina rumah tangga dengan berbagai tantangan, rintangan dan bahkan jatuh bangun, dibutuhkan komitmen kuat antara suami dan istri. Komitmen tersebut berupa visi dan misi berumah tangga sebagaimana diajarkan agama. Semua komitmen tersebut harus dipegang erat, sehingga ketika di tengah perjalanan ditemui cobaan, tidak meruntuhkan mahligai rumah tangga, namun justru harus saling menguatkan.
“ Ketika suami jatuh penghasilannya,  maka istri harus memberikan dorongan positif bagi suami untuk terus  survive. Begitupun sebaliknya, ketika istri terjatuh dalam karirnya,  maka suami harus menjadi sandaran bagi istri dalam berkeluh kesah.  Intinya, suami dan istri harus saling memotivasi, melengkapi dan  menyayangi”, tegasnya.
Ratih Sang bercerita, selama penjurian  banyak ditemukan nilai-nilai dalam berumah tangga yang sebelumnya ia  tidak mengetahuinya. Ada peserta yang telah menikah 35 tahun, anaknya  bergelar doctor, padahal keduanya hanyalah guru sekolah dasar. Namun  keduanya memiliki komitmen kuat untuk membesarkan anaknya itu.
Ada pula pasangan yang telah menikah 30  tahun, petani biasa. Ketiga anaknya sukses menembus pendidikan S3. Dalam  mendidik anak-anaknya, mereka mengajak seluruh anggota keluarga  melakukan puasa senin dan kamis. Hal ini bertujuan agar anak merasakan  kesatuan yang utuh dengan cita-cita keluarga, sehingga mereka memiliki  rasa tanggung jawab atas kehidupannya.
“ Pendidikan anak itu jangan diartikan  sebagai sebuah kewajiban, namun kita berikan pemahaman bahwa pendidikan  itu untuk mereka sendiri. Misalnya, kalau kita melarang anak-anak tidak  mengkonsumsi narkotika, itu bukan karena takut, tapi karena narkotika  akan menghancurkan diri mereka”, tegasnya.
Disinggung maraknya perceraian  akhir-akhir ini, Ratih Sang menuturkan bahwa pada dasarnya setiap  pasangan tidak merencanakan perceraian, namun yang tidak mereka  recanakan adalah survive.” Tidak ada yang ingin rumah tangganya berakhir  dengan perceraian. Namun, terkadang ada pasangan yang tidak  merencanakan cara survive ketika masalah datang dalam kehidupan rumah  tangga. Akibatnya, ketika ada masalah kecil, goyahlah mahligai rumah  tangga.”
Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan  Tingkat Nasional 2011 bagi Ratih Sang adalah bagian dari upaya kampanye  penguatan peran dan fungsi keluarga sebagai pilar utama pembangunan  nasional.” Kalau keluarga Indonesia mampu menhadirkan suasana sakinah,  mawaddah dan rahmah, insya Allah pembangunan nasional akan berhasil”,  tuturnya.(jaza)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar